ASKEP SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA
Dalam askep SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA akan dibahas mengenai apa itu SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA?
bagaimana orang bisa terkena SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA/patofisiologi askep SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA itu sendiri?
Selain dua pertanyaan diatas akan dijelaskan apa tanda dan gejala SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA
oke langsung ke TKP aja dibawah ini
ASKEP SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA
semoga bermanfaat
I.Pengertian
Sepsis Neonatorum adalah infeksi sistemik (masuknya kuman ke dalam tubuh disertai manifestasi klinik) yang terjadi pada neonatus.
Hiperbilirubunemia adalah ikterus yang mempunyai kadar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yaitu bilirubin total mencapai 12 mg/dl atau lebih pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila kadarnya lebih dari 10 mg/dl.
II.Etiologi
Sepsis dapat disebabkan berbagai macam organisme seperti bakteri gram positif maupun negatif, virus, parasit, dll. Meskipun demikian etiologi sepsis untuk tiap klinik atau daerah tidak selalu sama.
Sedangkan hiperbilirubunemia dpt disebabkan oleh berbagai macam keadaan. Penyebab yang tersering adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD.Infeksi juga memegang peranan penting dalam tjdnya hiperbilirubunemia seperti pada sepsis dan gastroenteritis. Hiperbilirubinemia dpt juga disebabkan oleh hipoksia/anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemi dan polisitemia.
IV.Manifestasi Klinik
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi.
Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :
1.Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48 jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.
2.Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.
V.Pengelolaan
Pada bayi manapun yang dicurigai sepsis, terapi antimikroba harus segera diberikan setelah evaluasi diagnostik lengkap. Pada sepsis onset dini, cakupan pemberian Antibiotik diperlukan untuk kokus gram positif, paling sering streptokokus group B, dan basil gram negatif. Pada sepsis nosokomial, antibiotik harus dapat mengatasi stafilokokus dan basilus gram negatif termasuk pseudomonas.
Penggunaan oksigenasi membran ekstrahepatal (ECMO) telah sukses si tahun-tahun terakhir dalam menyelamatkan neonatus resiko tinggi yang meninggal karena sepsis. Pengelolaan profilaksis seperti lingkungan, imunisasi diperlukan.
Pada pengelolaan Hiperbilirubinemia dilakukan pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau tranfusi tukar, merupakan tindakan yang dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin.
VI.Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul :
1.Risiko tinggi terjadinya infeksi b.d. penyebaran infeksi secara sistemik, penurunan sistem imun
2.Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dan keletihan
3.Kerusakan integritas kulit b.d. proses inflamasi mikroorganisme, edema
4.Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d. pemasukan yang tidak adekuat
5.Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebih karena muntah dan diare
6.Diare b.d. iritasi usus sekunder akibat organisme yang menginfeksi.
7.Perubahan proses keluarga b.d. keadaan sakit dan hospitalisasi.
8.Kurang pengetahuan keluarga mengenai proses pengobatan dan perawatan neonatus b.d. kurangnya informasi yang diperoleh.
9.PK; hipotermi/hipertermi.