askep asma
oleh : Rio Andri W
Dalam
askep asma ini akan dibahas mengenai apa itu asma?
bagaimana orang bisa mengalami asma/patofisiologi
askep asma itu sendiri?
Selain dua pertanyaan diatas akan dijelaskan apa tanda dan gejala
askep asma
oke langsung aja dibawah ini
askep asma
A.Pengertian.
Asma bronkiale adalah penyakit saluran napas dengan karakteristik berupa peningkatan reaktifitas ( hiperaktivitas ) trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi berupa penyempitan saluran napas lah yang menyeluruh ( Leksana, dkk, 2005 ).
Asma adalah penyakit obstruktif yang dapat pulih yang dicirikan oleh peningkatan reaktifitas trakea dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi, dan dispnea, penyampitan karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa, dan peningkatan sekresi ( Susan Martin Tucker, 1998 ).
Etilogi
Belum diketahui secara jelas, factor pencetusnya ( menurut dr. Muhadi Muhiman, 1998 ) adalah:
•Reaksi alergi ( Reeves, 2000 )
Terhadap debu, asap, produk pembersih, bau, udara dingin, ispa, dan stress.
•Keturunan ( Reeves, 2000 )
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernapasan. Kondisi yang memperburuk keadaan klinis pada penderita yang lama adalah:
♣ Penghentian pemakaian obat – obatan bronkodilator secara mendadak
♣ Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
♣ Pemakaian sedative yang berlebihan
Tanda dan Gejala ( Nelson, MD 2000 )
♣ Cold dengan rhinorrea disertai: irritabilitas, batuk, takipnea, mengi
♣ Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
♣ Kelainan rontgenogram
♣ Jalan obstruktif pada usia awal ( 30% < 1 tahun dan 50 – 55% < 2 tahun)
♣ Kelenjar mukosa hiperplasia
♣ Penyempitan jalan napas
♣ Kurangnya kelenturan statis paru
♣ Kerangka iga lentur
♣ Kurangnya jumlah serabut otot
♣ Kurangnya ventilasi kolateral
Patofisiologi
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan Ig E yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini disebut sel mast tersentisisasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, maka allergen tersen mengeluarkan sel pada sel mast tersentisisasi yang kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediater seperti histamine, leukotrin dan factor pengaktifasi platelet, bradikinin, dll. Mediator ini menyebabkan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mucus, dan kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persyarapan simpatis.
Manifestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflaimasi di saluran napas ini dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam hari atau pada dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi yang sebagian besar bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dab serangan asma biasanya timbul bila klien terpapar factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
Klasifikasi Asma
Menurut GINA ( Global Inisiatif for Asma ) dan Heru Sundaru, 2000 adalah:
1.Asma Intermitten
Gejala klinis: kambuhan < 1- 2x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktifitas tidur
2.Asma Persisten Ringan
Gejala Klinis: kambuhan 1 – 2x seminggu tetapi < 1x /hari, gejala asma malam hari > 2x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktifitas tidur.
3.Asma Persisten Ringan
Gejala klinis: setiap hari sesak napas atau kambuh, gejala asma malam hari > 1x seminggu, eksaserbasi dapat mengganggu aktifitas tidur.
4.Asma Persisten Berat
Gejala klinis: kambuhan sering, gejala sesak terus – menerus atau continue, gejala sesak malam hari sering, aktifitas fisik terbatas karena asma.
Potensial Komplikasi
• Edema pulmoner
• Gagal pernapasan
• Status asmatikus
• Pneumonia
Pemeriksaan Penunjang
•Darah tepi dan secret hidung: IgE total dapat meningkat
•AGD: CO2 meningkat ( asidosis respiratorik )
•Uji fungsi paru: PEFR atau FEV1 menurun ( ada obstruksi )
•Rontgen thorax: emfisema paru, komplikasi (ateletaksis, pneumothorax )
•EKG: pada klien dengan status asmatikus yang berat mungkin memperlihatkan gambaran perubahan – perubahan pada jantung kanan.
•Elektrolit: perubahan kadar kalium dalam darah mungkin terjadi akibat terapi kortikosteroid atau perubahan – perubahan ventilasi yang perlu dikoreksi.
Penatalaksanaan
•Medik
Penderita asma dapat tenang atau tidak sedang ada serangan, tetapi juga dapat dalam keadaan serangan dan serangan tersebut dapat ringan, sedang ataupun berat. Kadang bahkan dapat jauh dalam keadaan status asmatikus, yakni serangan asma yang berat yang biasanya diatasi dengan obat yang dapat menolong penderita. Jika serangan sedemikian berat dan mengancanm nyawa penderita maka sebaiknya penderita segera di bawa ke rumah sakit terdekat.
Serangan asma yang ringan biasanya cukup diobati dengan bronkodilator oral atau aerosol, bahkan yang ringan sekali tidak memerlukan pengobatan bronkodilator aerosol.
Pada serangan asma yang akut tidak diperlukan kortikosteroid, sedangkan pada serangan ringan kronik atau serangan ringan sedang perlu tambahan kortikosteroid disamping bronkodilator dan juga diperlukan pemasangan oksigen.
Serangan asma yang berat bila gagal dengan bronkodilator aerosol oral atau subcutan dan kortikosteroid perlu theofilinum ( theofilin ) intravena dan koreksi penyimpangan asma basa serta elektrolit. Oksigen sangatlah penting untuk klien ini. Keadaan klien yang demikian ini memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penanggulangan asma:
♥ Oksigen
♥ Periksa keadaan gas darah dan pasang IVSD ( infuse ) dengan cairan 3 : 1, glukosa 10% dan Nacl 0,9% + KCL mEq/kolf
♣ Koreksi kekurangan cairan
♣ Koreksi penyimpangan asam basa
♣ Koreksi penyimpangan elektrolit
♥ Thofilin yang sudah diberikan diteruskan. Ukur kadar theofilin dalan darah, pantau tanda – tanda keracunan theofilin. Bila tnda jeracunan tidak ada dan keadaan serangan asma belum membaikmungkkin perlu ditambah theofilin.
♥ Kortikosteroid dialnjutkan, jika belum diberi harus diberikan. Lebih baik diberikan intravena, karena status asmatikus sangat diperlukan untuk mempercepat hilangnya edema dan mengembalikan sensitifitas terhadap obat – obat bronkodilator.
♥ Usaha pengenceran lender dengan obat – obat mukolitik untuk lendir yang banyak dan lengket di seluruh cabang – cabang bronkus.
♥ Periksa foto thorax
♥ Lakukan pemeriksaan EKG.
♥ Cegah timbulnya stres.
Pantau tanda – tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernapasan dapat segera ditolong, bila perlu di rawat di ICU.
•Keperawatan
Perawatan klien dengan asma ditujukan apabila:
♥ Klien sedang tidak sedang mendapat serangan asma
perawatan pada klien ini ditujukan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien maupun keluarganya. Mencegah timbulnya serangan asma tersebut dengan menghindari factor pencetusnya.
Pendidikan yang dapat diberikan kepada klien dan keluarganya meliputi:
♣ klien atau keluarga harus mengenal tanda – tanda terjadinya asma.
♣ Cara memberikan obat bronkodilator sebagai pencegahan bila dirasa akan mengalami serangan asma.
♣ Mencegah serangan asma dengan menghilangkan factor pencetus, misalnya debu, bau yang merangsang, dan lain- lain.
♣ Kepada klien maupun kelurga perlu diberi penjelasan tentang pentingnya selalu menyediakan obat untuk pencegahan maupun untuk serangan.
♥ Klien sedang mendapat serangan asma
Bila klien mendapat serangan asma, masalah yang perlu diperhatikan pada saat serangan adalah:
♣ Klien menderita kesukaran bernapas
♣ Gangguan rasa nyaman